Tidak bisa dipungkiri bahwa sosial media untuk bisnis memberikan dampak yang cukup besar bagi para brand. Terlebih dalam marketing funneling, di mana sosial media masuk ke dalam salah satu prosesnya. Karena popularitasnya ini, terkadang ada beberapa mitos yang beredar di kalangan pemilik bisnis, yang terus bergulir bak bola liar.
Untuk membantumu memahami berbagai mitos ataupun mengenai sosial media untuk promosi, kami sudah merangkumnya beberapa informasi penting di sini.
Mitos Sosial Media di Kalangan Business Owner
Ada beberapa mitos yang beredar di kalangan pemilik bisnis. Namun sesuai namanya, tentu saja tidak semua mitos-mitos ini benar. Nah, kalau Anda adalah business owner, pastikan untuk mengetahui kebenarannya dulu sebelum telanjur percaya, yang malah membuat bisnis terpengaruh.
1. Wajib Aktif di Sosmed karena Memengaruhi Sales
Masih banyak pemilik bisnis yang meyakini bahwa harus banget untuk aktif di sosial media, khususnya Instagram dan TikTok. Alasannya karena dengan semakin aktif di sana, maka tingkat penjualan otomatis akan naik.
Terbukti ada banyak pemilik bisnis yang terkesan mendesak tim sosial media untuk lebih aktif, karena meyakini mitos tersebut. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa jika penjualan menurun, maka penyebabnya adalah karena tidak aktif di media sosial.
Hal tersebut faktanya tidak selalu benar, sebab tidak ada korelasi antara keaktifan di media sosial dengan penjualan.
2. Semakin Banyak Follower, Penjualan Makin Meningkat
Masih banyak orang yang meyakini bahwa jumlah pengikut di media sosial berbanding lurus dengan peningkatan penjualan. Sehingga, ada banyak bisnis yang akhirnya malah berfokus menambah pengikut baru.
Hal tersebut juga tidak sepenuhnya memiliki korelasi, sehingga jika terlalu fokus di sini, malah kamu berpotensi melewatkan hal lain yang bisa kamu perbaiki.
3. Engagement Rate Merupakan Metrik Paling Penting
Ketika terjadi kenaikan atau penurunan penjualan, masih banyak brand yang berfokus untuk menjadikan engagement rate sebagai acuan. Jika penjualan menurun, maka sudah bisa dipastikan, sebabnya adalah engagement yang rendah.
Lagi-lagi hal tersebut tidak sepenuhnya benar, ya.
Solusinya: Pastikan Audiens Menjadi Customer
Jawaban utama atas mitos-mitos di atas terletak pada cara memastikan audience tersebut menjadi customer kamu. Karena tidak ada efek yang signifikan jika sekadar mencari audiens atau followers, sementara mereka tidak tertarik berbelanja padamu.
Langkah untuk memulainya adalah dengan membandingkan data breakdown dari sosial media dengan penjualan kamu. Dengan begitu, kamu bisa tahu ada tidaknya korelasi keduanya. Jawabannya, bisa iya dan bisa tidak.
Jadi, jangan langsung memberi vonis bahwa aspek-aspek pada poin sebelumnya yang berpengaruh.
Dari situ, nanti kamu bisa melihat di saat pengikut atau kunjungan bertambah, apakah memberikan dampak terhadap penjualan atau tidak. Dengan melakukan breakdown data dari media sosial, kamu juga bisa melihat funnel pada bisnis.
Misalnya, saat melihat Instagram bisnis kamu, maka audiens akan melakukan dua behaviour umum, yaitu:
- Visit IG – klik tautan di bio – masuk ke toko (Shopee/Tokopedia, dll) – Purchase
- Visit IG – membuka Shopee dan mencari toko secara manual – masuk ke toko – Purchase
Media Sosial Menjadi Funnel Utama Beberapa Produk
Beberapa produk bergantung kepada media sosial sebagai funnel utamanya,, sehingga bisa jadi beberapa tipe produk tidak cocok. Salah satu jenis produk yang cocok menggunakan media sosial sebagai funnel utamanya adalah produk fashion.
Misalnya saja katalog di Instagram bisnis yang bagus. Hal ini akan membuat audiens atau followers cenderung berbelanja langsung di sana atau ke marketplace. Jadi, mitos-mitos di atas pun beberapa bisa berlaku, asalkan produknya sesuai.
Lalu bagi yang masih meyakini bahwa metrik media sosial berperan utama terhadap penjualan di marketplace, think twice!
Faktanya, penurunan metrik di media sosial seperti Instagram tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap keadaan marketplace-mu. Terbukti dari beberapa bisnis yang tetap ada penjualan meski tidak terlalu aktif lagi di sosial media lainnya.
Dengan beberapa penjelasan di atas, maka kamu bisa paham bahwa media sosial memang harus tetap aktif, namun tidak harus menjadi fokus utama. Sesuaikan saja dengan perbandingan laporan media sosial dengan penjualanmu untuk menentukan metode penggunaan media sosial dalam bisnis yang tepat.
Nah, kalau kamu ingin memutuskan langkah yang tepat dalam mengelola bisnis menggunakan media sosial dan marketplace, manfaatkan berbagai jasa yang ada di Griity. Tim profesional kami siap membantu memilihkan paket yang tepat dan memaksimalkan pemanfaatan sosial media untuk bisnis milikmu, dan lainnya. Hubungi kam dan konsultasikan kebutuhan bisnismu sekarang!